Sahabat, diantara syarat menjadi pribadi yang taqwa adalah terlebih dahulu ia harus beriman, sehingga mustahil disebut sebagai orang bertaqwa kalau ia tidak mau beriman.
Hendaknya kita melakukan refleksi dan melaksanakan apa yang menjadi konsekwensi dari taqwa kepada Allah SWT, yaitu :
- Hendaknya kita memahami bahwa menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah adalah subtansi dan bukti nyata ketaqwaan kepada Allah Ta’ala.
- Dalam melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah, kita tidak boleh memprioritaskan yang sunah daripada yang wajib, berhati-hati terhadap yang makruh, dan menjauhi yang haram. Sebagaimana perkataan Umar bin Abdul Aziz ra. di atas.
- Hendaknya kita tidak merasa puas dengan hanya melaksanakan perintah-perintah yang wajib dan meninggalkan larangan-larangan yang haram. Lebih dari itu, kita harus senantiasa berupaya melaksanakan segala hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan meninggalkan segala hal yang dapat menjauhkan diri dari-Nya.
- Dalam melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya, hendaknya kita senantiasa menjadikan Allah sebagai motivasi dan tujuan, bukan ambisi pribadi, popularitas diri, maupun tendensi duniawi lainnya.
- Tatkala menjalankan perintah dan meninggalkan larangan, hendaknya kita menjadikan hukum-hukum Allah sebagai acuan, bukan berdasarkan keinginan hawa nafsu atau pun propaganda-propaganda batil lainnya.
Hendaknya kita senantiasa menyadari bahwa hanya berkat rahmat dan taufik Allah-lah kita mampu melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Kesadaran ini hendaknya mendorong kita untuk senantiasa memohon pertolongan Allah dan tidak menyombongkan diri dengan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki, karena semua itu pada hakikatnya adalah anugerah dari Allah Ta’ala.
Apabila demikian, maka kita termasuk hamba-hamba Allah yang jujur dan benar ketika berikrar dalam setiap rakaat shalat bahwa, “Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (Al-Fatihah : 5)